Loader

Penjualan Kotor Sritex Semester I 2019 Naik 16,16 Persen

TEMPO.CO, INFO BISNIS — Perusahaan tekstil terintegrasi PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) di ulang tahun yang ke-53 ini berhasil mencetak kinerja yang kuat di tengah situasi perekonomian global yang tidak menentu akibat perang dagang antara AS dan Tiongkok. Pada Semester I 2019, penjualan kotor perseroan tercatat meningkat sebesar 16,16 persen dibandingkan dengan Semester I 2018. Kenaikan tersebut berada di atas rata-rata industri. Penjualan yang kuat tersebut didukung oleh dominannya penjualan benang yang berkontribusi sebesar 40.1 persen terhadap total penjualan hingga Semester I 2019.

Pendapatan bersih perusahaan ikut meningkat 12,29 persen pada enam bulan pertama tahun ini, menjadi US$ 63,25 juta. Hal ini ditopang oleh nilai tambah yang terus dikejar oleh perusahaan agar dapat memperbaiki net overall margin. Menariknya, kontribusi penjualan ke Amerika Serikat dan Amerika Latin juga meningkat sebanyak 3,2 kali lipat hingga pertengahan tahun ini atau berkontribusi sebesar 13,6 persen dari total penjualan ekspor senilai US$ 51,35 juta dari US$ 15,98 juta di periode tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan cukup luwes dalam mengambil kesempatan yang ada di pasar global.

Tekstil dan pakaian jadi adalah sektor industri manufaktur yang tumbuh tertinggi pada kuartal II 2019 sebesar 20,71 persen. Industri tekstil merupakan industri prioritas di banyak negara berkembang karena menyerap banyak tenaga manusia dan secara langsung mempengaruhi pendapatan per kapita. Hal ini penting mengingat tekstil merupakan salah satu kebutuhan primer–sandang, pangan, papan, yang dapat berkontribusi kepada perekonomian nasional.

Perlindungan yang patut dilakukan adalah penerapan safeguard terhadap barang-barang impor yang masuk secara masif sehingga merusak banyak produsen di dalam negeri. Kedua, perluasan free trade agreement yang reciprocal atau adil dan seimbang.

Sejalan dengan rencana pemerintah untuk terus menggenjot ekspor, PT Sri Rejeki Isman Tbk berkomitmen untuk terus memperbesar volume ekspor. Untuk tetap memperluas pangsa pasar, perusahaan menargetkan penjualan ekspor bisa berkontribusi dalam kisaran 62-65 persen dari total penjualan pada tahun ini. Dengan itu, slogan perusahaan yang berbunyi “Karya Indonesia untuk Dunia” bisa terus menjadi motivasi kami untuk terus menciptakan devisa bagi negara.

Perusahaan juga yakin bahwa tingkat daya saing perusahaan tekstil di Indonesia tidak kalah dibandingkan negara-negara lain seperti Vietnam dan Bangladesh. Tentunya, masih terus bisa ditingkatkan dengan sinergi antara para pelaku usaha dan pemerintah dari hulu hingga hilir. Indonesia saat ini baru mengisi 2-3 persen dari kebutuhan tekstil global di mana nilai ekspor nasional tahun 2018 tercatat sebesar US$ 13,8 miliar. Bersama dengan visi dan misi Presiden Joko Widodo lima tahun ke depan, kami mendukung visi untuk terus membangun infrastruktur dan pengembangan sumber daya manusia (SDM) untuk menuju Indonesia unggul. Dengan adanya dua upaya tersebut, diharapkan target peningkatan ekspor dapat dicapai oleh seluruh industri manufaktur tanah air.