Loader

Sritex Makin Kinclong di Pasar Eropa

Jakarta, Marketmover – Penjualan PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) di pasar Eropa makin kinclong dengan torehan pendapatan US$ 57,42 juta pada semester I-2019. Maklum, pada periode sama 2018, penjualan dari pasar Eropa tercatat masih sebesar US$ 36,58 juta. Artinya, ekspor ke Eropa melonjak sekitar 57%.

Praktis, kontribusi penjualan dari Eropa menjadi otot pendapatan ekspor Sritex di luar negara-negara Asia. Simak saja. Per akhir Juni 2019, total penjualan ekspor Sritex sebesar US$ 377,69 juta, sedangkan sumbangan dari pasar lainnya, yakni Amerika Serikat dan Amerika latin US$ 51,35 juta. Lalu, Uni Emirat Arab dan Afrika US$ 39,50 juta dan Australia US$ 1 juta.

Tren berkibarnya penjualan dari pasar Eropa sebenarnya sudah terlihat dalam pendapatan sepanjang 2018 dibandingkan tahun 2017. Saat itu, total penjualan ekspor ke Eropa masing-masing US$ 98,33 juta dan US$ 52,34 juta.

Untuk urusan ekspor ke Eropa, salah satunya, Sritex memasok seragam militer Jerman. Bahkan, Sritex mengantongi sertifikasi untuk memasok seragam militer negara-negara anggota NATO lainnya.

Pasar ekspor paling gemuk buat Sritex sejatinya masih dari negara-negara Asia. Pada semester I-2019, dari pasar Asia, Sritex mengantongi penjualan US$ 228,40 juta atau setara dengan 60,47% dari total ekspor.

Mirip dengan pasar Eropa, Sritex mencatat peningkatan ekspor untuk pasar Asia. Maklum, per akhir Juni 2018, sumbangan ekspor ke Asia masih sebesar US$ 215,48 juta. Artinya, ekspor ke pasar Asia naik sekitar 6%.

Penjualan ekspor yang mencapai lebih dari 100 negara ternyata mendominasi penjualan Sritex pada semester I-2019, yakni US$ 377,69 juta atau setara dengan 59,71% terhadap total penjualan juragan tekstil itu. Maklum, pada periode itu, penjualan domestik tercatat sebesar US$ 254,74 juta.

Sritex masih mengandalkan ekspor pada semester I-2019. Dari total pendapatan periode itu, yakni US$ 632,44 juta, sebesar US$ 377,69 juta  di antaranya berasal dari ekspor. Ekspor menyumbang sekitar 60% terhadap total penjualan Sritex per akhir Juni 2019.

Kontribusi ekspor menggelembung, mengingat pada semester I-2018, sumbangan ekspor sekitar 54,15% dengan nilai US$ 291,77 juta. Saat itu, total pendapatan Sritex tercatat US$ 538,76 juta.

 

Mengandalkan Pemintalan

Sritex yang menyerap sekitar 18 ribu tenaga kerja ternyata masih mengandalkan penjualan dari pemintalan (spinning) pada semester I-2019, yakni sebesar US$ 254,12 juta. Angka itu melemah bila dibandingkan periode sama 2018 yang sebesar US$ 254,40 juta.

Namun, sekalipun melemah tipis dalam meraup pendapatan, lini pemintalan justeru mencatat peningkatan laba bruto. Bayangkan, jika per akhir Juni 2018, laba bruto dari ini itu sebesar US$ 24,26 juta, kini melonjak menjadi US$ 29,14 juta.

Dalam periode enam bulan pertama 2019, kontribusi lini pemintalan sebesar 40,18% mengingat total penjualan Sritex saat itu US$ 632,44 juta. Kontribusi itu merosot, mengingat pada periode sama 2018 kontribusi lini spinning sebesar 47,21% dari total pendapatan US$ 538,76 juta.

Kontributor terbesar kedua terhadap penjualan Sritex pada semester I-2019 adalah lini penjualan konveksi (garment) sebesar US$ 168,93 juta. Sumber pendapatan lainnya berasal dari penjualan finishing kain US$ 168,84 juta dan pertenunan (weaving) US$ 40,54 juta.

Lini penjualan garment menorehkan peningkatan jika dibandingkan dengan periode enam bulan pertama 2018, mengingat saat itu masih bercokol di angka US$ 121,54 juta. Begitu juga di sector finishing, maklum per akhir Juni 2018, lini tersebut baru mencatat US$ 121,36 juta.

Khusus pertenunan justeru merosot, mengingat per akhir Juni 2018, masih bercokol di angka US$ 41,44 juta.

Kini, Sritex mengkonsentrasikan sebagian besar operasinya dilahan seluas 79 hektare di Sukoharjo, Jawa Tengah. Dengan empat lini produksi mulai dari pemintalan, penenunan, pencetakan, pencelupan, dan garmen. Perseroan menjadi perusahaan tekstil garmen terpadu dengan standar kendali mutu yang tinggi.

Sritex mulai melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2013 dengan kode saham SRIL. Sepanjang Oktober 2019, saham SRIL ditutup melemah dari Rp 314 menjadi Rp 282 pada Kamis (10/10/2019). (mm1)